Agroplus – Puncak panen raya jagung tahun ini telah tiba, namun kabar baik ini justru diiringi penurunan harga yang signifikan di tingkat petani. Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi panen raya Maret lalu menghasilkan 1,95 juta ton jagung pipilan kering secara nasional. Kondisi ini membuat harga jagung jatuh, mengakibatkan keresahan di kalangan petani.
Menanggapi situasi ini, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menyatakan pemerintah akan segera mengambil langkah konkrit untuk membantu para petani. "Pemerintah bersama seluruh pemangku kepentingan akan segera membantu petani jagung agar harga tetap stabil," tegas Arief dalam keterangannya di Jakarta, Senin (14/4).

Strategi yang diterapkan adalah dengan menugaskan Perum Bulog untuk menyerap jagung petani sebagai Cadangan Jagung Pemerintah (CJP) sebanyak 1 juta ton dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp 5.500 per kg. Selain itu, Bapanas juga mendorong kerja sama antar daerah untuk memindahkan stok jagung ke wilayah yang membutuhkan dengan subsidi biaya transportasi.
Data Panel Harga Pangan Bapanas per 14 April menunjukkan harga rata-rata jagung pipilan kering di tingkat produsen mencapai Rp 4.831 per kg. Namun, terdapat disparitas harga antar provinsi. Beberapa provinsi seperti Sulawesi Selatan (Rp 4.144 per kg), Nusa Tenggara Barat (Rp 4.100 per kg), dan Gorontalo (Rp 3.938 per kg) mengalami harga yang jauh di bawah HPP. Sebaliknya, Nusa Tenggara Timur (Rp 5.750 per kg), Bengkulu (Rp 5.650 per kg), dan Lampung (Rp 5.350 per kg) mencatatkan harga di atas HPP.
Proyeksi BPS melalui Kerangka Sampel Area (KSA) menunjukkan total produksi jagung pipilan kering (kadar air 14 persen) Januari-Mei 2025 mencapai 6,83 juta ton, hampir menyamai kebutuhan konsumsi nasional periode yang sama (6,82 juta ton). Arief menambahkan bahwa Bulog juga diizinkan melepas stok CJP tahun lalu kepada peternak layer mandiri dengan harga Rp 5.500 per kg untuk membantu mengatasi permasalahan pakan ternak. Hingga 11 April, realisasi pelepasan CJP mencapai 13.600 ton.
"Dengan instrumen HPP ini, kita berharap petani mendapatkan harga yang baik. Bulog juga dapat memperkuat stok jagung pemerintah untuk intervensi stabilisasi harga, sekaligus membantu peternak unggas mendapatkan jagung pakan dengan harga terjangkau," pungkas Arief. Sebagai informasi, Bulog ditargetkan menyerap 1 juta ton jagung (sekitar 5,8% dari proyeksi produksi nasional 17,7 juta ton) untuk memperkuat stok CJP dan menyalurkan 250 ribu ton melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) pada tahun 2025.