Agroplus – Presiden Prabowo Subianto baru-baru ini menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2025. Inpres ini bertujuan untuk memastikan pengadaan dan pengelolaan gabah/beras dalam negeri berjalan lancar, serta mengelola Cadangan Beras Pemerintah (CBP) secara efektif. Langkah ini dinilai krusial untuk melindungi petani dan menjaga stabilitas harga beras di pasaran.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menjelaskan bahwa Inpres tersebut menjadi pedoman bagi pemerintah dan Perum Bulog dalam memaksimalkan penyerapan hasil panen petani. Target pengadaan beras dalam negeri tahun 2025 ditetapkan sebesar 3 juta ton. Pemerintah, melalui Bulog, berkomitmen membeli gabah kering panen (GKP) petani dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp 6.500 per kilogram, tanpa memandang kualitas.

"Pemerintah berkomitmen untuk tidak mengimpor beras lagi. Produksi dalam negeri harus mampu memenuhi kebutuhan kita," tegas Arief. Pengadaan beras oleh Bulog didasarkan pada penugasan Bapanas yang diputuskan melalui rapat koordinasi bidang pangan.
CBP yang dikelola Bulog tidak hanya diperuntukkan bagi program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). CBP juga dialokasikan untuk bantuan pangan, penanggulangan bencana, dan program lain seperti Makan Bergizi Gratis, bahkan bantuan pangan luar negeri. Bapanas sendiri bertanggung jawab atas perhitungan anggaran, penugasan Bulog, penetapan HPP, dan teknis pengadaan gabah/beras untuk CBP. Koordinasi dengan Kementerian Keuangan pun dilakukan untuk memastikan kompensasi dan margin penugasan yang adil.
Arief menekankan pentingnya stok CBP yang memadai untuk menjaga ketahanan pangan nasional. Stok ini menjadi penyangga ketika terjadi fluktuasi harga atau dibutuhkan stimulus bantuan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. "Kecukupan stok beras di Bulog menopang stabilitas pasokan dan harga pangan," ujarnya. Hal ini terbukti dari inflasi beras yang terjaga, dengan angka 0,55 persen di Maret 2025 dan 0,26 persen di Februari 2025 (data BPS).
Puncak panen raya di Maret 2025 menghasilkan 5,57 juta ton beras (data BPS). Produksi diperkirakan menurun di bulan-bulan berikutnya. Oleh karena itu, penyerapan Bulog di April diharapkan lebih intensif. Bapanas dan Bulog telah berupaya memperkuat stok CBP sejak 2022. Stok beras di Bulog meningkat signifikan, dari 326 ribu ton di akhir 2022 menjadi 2,2 juta ton di akhir Maret 2025. Inpres ini diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi petani dan ketahanan pangan Indonesia.