Agroplus – Indonesia sedang berlimpah beras! Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, baru-baru ini mengumumkan rencana pemerintah untuk menyalurkan sebagian surplus beras nasional untuk misi kemanusiaan internasional. Hal ini disampaikan seusai kunjungan kerja ke Sentra Penggilingan Padi (SPP) Perum Bulog di Karawang, Kamis (15/5). Langkah ini diambil di tengah melimpahnya hasil panen dan cadangan beras nasional yang mencapai angka fantastis.
Data yang disampaikan Wamentan cukup mengejutkan. Serapan beras dari Januari hingga Mei 2025 telah mencapai 2,1 juta ton, angka tertinggi sepanjang sejarah. Lebih mengejutkan lagi, cadangan beras pemerintah (CBP) yang disimpan di gudang Bulog saat ini mencapai 3,7 juta ton! Dengan sisa waktu delapan bulan di tahun 2025, potensi penambahan cadangan masih sangat besar. Wamentan optimistis, peningkatan produksi akan terus berlanjut seiring dengan upaya Kementerian Pertanian untuk memaksimalkan lahan pertanian.

"Tahun 2025 masih panjang, ada 8 bulan lagi untuk meningkatkan produksi. Kementerian Pertanian memastikan lebih banyak lahan akan ditanam, karena semakin banyak yang ditanam, semakin banyak panen dan cadangan pangan kita," jelas Sudaryono yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas Perum Bulog.
Namun, kelimpahan ini bukan hanya untuk kepentingan domestik. Pemerintah tengah menghitung potensi alokasi beras untuk bantuan kemanusiaan, terutama ke negara-negara yang mengalami krisis pangan, seperti di Afrika dan Palestina. "Ada satu skema yang juga lagi dibahas adalah bagaimana negara Indonesia dengan surplus beras ini bisa hadir untuk misi-misi kemanusiaan, baik di Afrika maupun di Palestina dan seterusnya," ungkap Sudaryono.
Keputusan ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam peran globalnya untuk membantu mengatasi permasalahan pangan dunia. Namun, proses penentuan alokasi beras untuk kebutuhan dalam negeri dan ekspor masih terus dilakukan dengan cermat. "Artinya, panen yang banyak ini adalah anugerah dari Allah, dan ini adalah prestasi yang harus kita banggakan. Tinggal bagaimana kita mengaturnya dengan benar," tutup Sudaryono. Langkah ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam pengelolaan sumber daya pangan dan solidaritas global.