Agroplus – Produksi beras Indonesia yang terus melambung ternyata menarik perhatian dunia, termasuk raksasa Asia, Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Hal ini diungkapkan Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono usai menerima kunjungan Wakil Menteri Pertanian dan Urusan Pedesaan RRT, Maierdan Mugaiti, di Jakarta.
Sudaryono menjelaskan bahwa China secara aktif memantau produktivitas beras Indonesia, termasuk dampak dari upaya swasembada beras yang selama ini digenjot. "Ternyata swasembada beras kita ini dimonitor banyak negara, termasuk China. Mereka melihat efek dan hasilnya," ujarnya.

China, dengan konsumsi beras yang tinggi terutama di wilayah selatan, menjadikan nasi sebagai makanan pokok. Sebagai negara agraris dengan populasi lebih dari 1,4 miliar jiwa, China memiliki kebutuhan pangan yang besar dan sistem pertanian yang maju berkat teknologi.
Dalam pertemuan tersebut, kerja sama dalam sistem perberasan menjadi fokus utama. Kedua negara membahas potensi pengembangan benih, riset, dan industrialisasi. Indonesia berambisi memiliki benih unggul padi yang adaptif di lahan rawa atau air payau.
"Kita ingin benih unggul padi di tanah rawa atau air payau, sehingga petani tetap bisa tanam meski airnya campuran asin dan tawar di pesisir," kata Sudaryono.
Indonesia sebenarnya telah memiliki berbagai varietas unggul. Namun, saling berbagi informasi dan teknologi dengan negara lain, seperti China, akan membantu meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani. "Saling share informasi agar kita dapat yang terbaik, sehingga produktivitas dan yield per hektare naik," pungkasnya.