Agroplus – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia mampu mencapai swasembada beras, bahkan lebih cepat dari target yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Optimisme ini disampaikan usai rapat terbatas bersama Presiden di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (2/6/2024), membahas perkembangan ketahanan pangan nasional.
Amran menjelaskan bahwa target awal swasembada beras adalah empat tahun, kemudian dipersingkat menjadi tiga tahun. "Mudah-mudahan tahun ini tidak ada impor," tegas Mentan Amran, menunjukkan ambisi untuk segera mewujudkan kemandirian pangan.

Lebih lanjut, Mentan Amran mengungkapkan bahwa stok beras nasional saat ini mencapai lebih dari 4 juta ton. "Tertinggi selama 57 tahun," ujarnya, seraya menambahkan bahwa rekor sebelumnya adalah 3 juta ton pada tahun 1984.
Selain stok beras yang melimpah, Mentan juga memaparkan tren positif pada Nilai Tukar Petani (NTP). Dengan dukungan anggaran dari Kementerian Keuangan, NTP ditargetkan mencapai 110. Namun, pada bulan Mei, NTP justru melonjak menjadi 121. "Jauh lebih tinggi dibanding tahun lalu pada bulan yang sama, 116," imbuhnya.
Sebagai upaya memperkuat daya beli masyarakat dan menstabilkan harga, pemerintah menyiapkan bantuan sosial berupa beras sebanyak 180 ribu ton per bulan selama dua bulan, dengan total 360 ribu ton. Bantuan ini akan difokuskan pada wilayah nonpenghasil beras dan daerah perkotaan, seperti Papua dan Maluku.
Untuk daerah penghasil beras, khususnya di Pulau Jawa, Mentan Amran menekankan pentingnya perlindungan. Keseimbangan harga harus dijaga agar menguntungkan petani tanpa membebani konsumen. "Ini strategi kita lakukan untuk menjaga harga di tingkat petani tetap baik, juga di tingkat konsumen tetap baik," jelasnya.
Mentan Amran memastikan bahwa stok pangan nasional dalam kondisi aman. Penyerapan gabah dari petani diperkirakan mencapai 400 hingga 500 ribu ton pada bulan ini. "Karena yang kita akan keluarkan hanya 360 ribu ton dan kemungkinan bulan ini, serapannya bisa 400-500 ribu ton," pungkasnya, menandakan surplus yang signifikan.