Agroplus – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dengan tegas membantah anggapan bahwa kenaikan harga beras yang terjadi belakangan ini disebabkan oleh kurangnya pasokan. Menurutnya, kenaikan harga tersebut merupakan sebuah anomali yang akan segera diatasi. Penegasan ini disampaikan dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR RI di Jakarta, Rabu (3/9).
Agroplus – Mentan Amran mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan bahwa Indonesia memiliki surplus beras sebesar 3,7 juta ton hingga Oktober 2025. "Produksi beras kita aman. Ketahanan pangan kita juga cukup aman. Bahkan, kami mencatat surplus hingga 3,7 juta ton hingga Oktober ini, sesuai dengan data BPS," ujarnya. Ia menambahkan bahwa surplus ini adalah hasil kerja keras para petani di seluruh Indonesia.

Agroplus – Pemerintah, melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Perum Bulog, akan terus menggencarkan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di seluruh pelosok negeri. Langkah ini diambil untuk memastikan ketersediaan beras dengan harga terjangkau bagi masyarakat. "Dengan melimpahnya hasil panen, kami memastikan pasokan beras SPHP akan terus membanjiri pasar. Kami akan menjamin beras dengan harga terjangkau tersedia di pasar tradisional, ritel modern, hingga warung-warung kecil," tegas Mentan Amran.
Agroplus – Lebih lanjut, Mentan Amran mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Ia juga memberikan peringatan keras kepada pihak-pihak yang mencoba memanfaatkan situasi dengan melakukan penimbunan atau spekulasi yang merugikan masyarakat. "Kami menjamin ketersediaan stok, dan kami akan menindak tegas pihak-pihak yang sengaja menimbun atau melakukan spekulasi yang merugikan masyarakat," tegasnya.
Agroplus – Data dari BPS menunjukkan bahwa produksi padi dari Agustus hingga Oktober 2025 diperkirakan mencapai 15,80 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), meningkat 4,16 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara kumulatif, total produksi padi dari Januari hingga Oktober 2025 diperkirakan mencapai 53,87 juta ton GKG, meningkat 12,17 persen. Kenaikan produksi ini didorong oleh peningkatan luas panen yang signifikan, terutama di sentra-sentra produksi padi di Pulau Jawa, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Lampung, Aceh, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Selatan. Beberapa kabupaten/kota dengan potensi panen tertinggi antara lain Kabupaten Bone (Sulawesi Selatan), Kabupaten Barito Selatan (Kalimantan Selatan), dan Kabupaten Indramayu (Jawa Barat).