Agroplus – Badan Pangan Nasional (Bapanas) merespons temuan beras Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang tidak layak konsumsi di gudang Bulog Maluku Utara. Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menjelaskan bahwa penyimpanan beras dalam jangka waktu lama memang berpotensi menurunkan kualitas jika tidak ditangani dengan tepat.
Arief mengakui adanya penurunan mutu pada sebagian stok Bulog, terutama beras yang berasal dari pengadaan tahun 2024. Ia menekankan pentingnya percepatan penyaluran beras bantuan kepada masyarakat untuk menghindari penumpukan stok di gudang. "Bapanas selalu mengingatkan Bulog untuk mempercepat pengeluaran beras, terutama pada periode Oktober hingga Februari, karena pada bulan Maret dan April Bulog akan kembali melakukan penyerapan beras dari petani," ujarnya.

Menanggapi temuan beras yang tidak layak konsumsi, Arief mengajak semua pihak untuk membantu Bulog dalam mempercepat distribusi beras bantuan. Ia menyebutkan bahwa masih ada sekitar 1 juta ton beras yang harus dikeluarkan sebelum akhir tahun, dari total 1,5 juta ton yang direncanakan untuk disalurkan sepanjang tahun.
Arief juga menekankan perlunya dukungan terhadap Bulog dalam mengelola cadangan beras yang besar, terutama yang tersebar di berbagai daerah terpencil. Selain itu, ia mengingatkan pentingnya penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ketat, seperti menjaga kadar air beras pada level 14%, untuk memperpanjang daya simpan dan mencegah kerusakan. "Standar adalah standar. Jika ingin kualitas beras tetap baik, SOP tidak boleh ditawar," tegasnya.
Sebelumnya, Komisi IV DPR RI menemukan kondisi beras CBP yang buruk di gudang Bulog Ternate, Maluku Utara. Beras yang sudah disimpan lebih dari setahun tersebut mengalami perubahan warna dan penurunan kualitas. Temuan ini menjadi perhatian serius dan memicu berbagai respons dari pihak terkait.