Agroplus – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa harga beras di beberapa wilayah Indonesia, terutama di daerah non-sentra produksi seperti Papua, masih terpantau di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Hal ini disampaikan dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Jumat (31/10), terkait kebijakan pupuk.
Amran menegaskan bahwa pemerintah tidak akan tinggal diam dan akan terus memperketat pengawasan. "Intinya, sekarang harga beras sudah turun, tapi kita tidak boleh puas sampai situ. Pemerintah harus menjadi pengendali," tegasnya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan adanya tren positif. Jumlah kabupaten/kota yang mengalami penurunan harga beras terus meningkat hingga minggu keempat Oktober 2025, mencapai 225 wilayah atau naik 25,69% dibandingkan awal bulan. Secara provinsi, 33 dari 38 provinsi mencatatkan penurunan harga, dengan Papua Selatan mencatat penurunan signifikan sebesar -1,56% berkat program food estate.
Untuk mengatasi masalah ini, Amran telah menurunkan tim ke berbagai daerah, termasuk Papua dan Sorong, untuk memastikan harga beras terkendali. Koordinasi juga dilakukan dengan Kapolri, dengan Dirkrimsus Polda menjadi koordinator di tingkat provinsi.
"Kami kolaborasi dengan Bapak Kapolri. Yang menjadi koordinator di provinsi adalah Dirkrimsus (Direktorat Reserse Kriminal Khusus). Ini kita selesaikan satu-satu," ujar Amran.
Pemerintah juga telah membentuk Satgas Pengendalian Harga Beras Tahun 2025 berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Nomor 375 Tahun 2025. Satgas ini melibatkan berbagai pihak di 38 provinsi dan dikoordinasikan oleh Satgas Pangan Polri Daerah.
Selain itu, Perum Bulog terus mengoptimalkan penyaluran beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) untuk menekan harga di tingkat konsumen. Hingga 30 Oktober 2025, realisasi penjualan beras SPHP mencapai 564,6 ribu ton, dengan stok beras Bulog yang masih kuat sebesar 3,912 juta ton.
Bapanas juga telah menugaskan Bulog untuk menyalurkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) melalui berbagai program, dengan realisasi hingga 30 Oktober mencapai 1,004 juta ton dan akan terus diakselerasi hingga akhir tahun. Informasi ini dikutip dari agroplus.co.id.