Agroplus – Ratusan petani dari berbagai penjuru memadati halaman Research and Development (R&D) Center Syngenta Indonesia di Cikampek, Jawa Barat. Sorak sorai dan decak kagum pecah saat sebuah drone lincah menari di atas lahan sawah, menyemprotkan cairan halus dengan presisi tinggi. Pemandangan ini menjadi saksi peluncuran dua inovasi revolusioner dari Syngenta Indonesia: buku panduan "Raih Hasil Optimal Budidaya Padi" dan Drone Learning Center, yang diresmikan pada Selasa, 27 Agustus 2025.
Langkah ini menjadi angin segar bagi upaya peningkatan produksi beras nasional, di tengah tuntutan populasi Indonesia yang terus bertambah. Syngenta Indonesia hadir sebagai solusi, menawarkan inovasi dan teknologi untuk menjawab tantangan tersebut.

"Buku panduan ini adalah wujud komitmen kami untuk mendampingi petani meningkatkan produktivitas. Bersama Komunitas 10 Ton, yang telah membuktikan panen lebih dari 10 ton per hektare, kami ingin mewujudkan kesejahteraan petani yang lebih baik," tegas Eryanto, Presiden Direktur Syngenta Indonesia.
Buku panduan ini bukan sekadar teori, melainkan panduan praktis yang merangkum seluruh tahapan budidaya padi. Mulai dari pengolahan lahan yang tepat, pemilihan benih unggul, pengaturan jarak tanam ideal, hingga strategi pemupukan dan perlindungan tanaman yang efektif. Aspek keberlanjutan juga menjadi perhatian utama, dengan mengupas tuntas pemanfaatan jerami, kompos, biochar, dan teknologi Internet of Things (IoT). Keselamatan petani pun tak luput dari perhatian, dengan konsep enam tepat dan lima aturan emas dalam penggunaan produk perlindungan tanaman yang mudah dipahami.
Pemerintah pun menyambut baik inisiatif Syngenta Indonesia ini. Deputi Bidang Koordinasi Usaha Pangan dan Pertanian, Widiastuti, S.E., M.Si., mewakili Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Zulkifli Hasan, menyatakan bahwa inovasi ini sangat penting untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.
"Syngenta, dengan teknologi dan inovasi yang dikembangkannya, adalah mitra krusial dalam perjalanan menuju kedaulatan pangan. Kami berharap buku panduan ini dapat dimanfaatkan secara luas oleh petani dan penyuluh di seluruh Indonesia," ujar Widiastuti.
Drone Learning Center hadir sebagai wadah pelatihan praktis bagi petani. Di fasilitas ini, petani dapat belajar langsung mengoperasikan drone untuk aplikasi pupuk dan produk perlindungan tanaman. Teknologi ini memungkinkan pekerjaan yang sebelumnya memakan waktu berjam-jam dapat diselesaikan dalam hitungan menit, sekaligus mengurangi penggunaan air dan bahan kimia secara signifikan.
"Dengan drone, aplikasi menjadi lebih presisi, efisien, dan ramah lingkungan," jelas Eryanto.
Sekitar 700 petani dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang tergabung dalam Komunitas 10 Ton turut hadir dalam peluncuran ini. Bagi mereka, inovasi ini bukan sekadar janji manis. "Buku ini sangat membantu kami dalam menanam padi. Belajar drone juga membuat pekerjaan jadi lebih ringan dan hemat waktu," ungkap Rokim, petani asal Karawang yang memimpin komunitas petani 10 ton di wilayahnya.
Syngenta Indonesia menegaskan bahwa peluncuran buku panduan dan Drone Learning Center adalah bagian dari visi Petani MAJU: Modern, Aman, Menguntungkan, Unggul. Program ini sekaligus menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, swasta, dan petani dalam membangun pertanian yang berkelanjutan.
Sebagai kelanjutan dari rangkaian inovasi menyambut usia ke-25 perusahaan, Syngenta Indonesia juga akan memperkenalkan benih padi hibrida Ningrat (NK2133) dan meresmikan laboratorium karantina baru di Pasuruan, Jawa Timur.