Agroplus – Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono baru saja menjamu kunjungan penting dari Wakil Menteri Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Maierdan Mugaiti, di kantor pusat Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, pada Selasa (30/9). Pertemuan ini menjadi sinyal kuat penguatan kerja sama pertanian antara Indonesia dan Tiongkok, dengan fokus utama pada sektor perberasan, perdagangan komoditas strategis, serta pembukaan pintu ekspor bagi produk-produk unggulan Indonesia.
Sudaryono mengungkapkan bahwa perbincangan bilateral ini membuahkan empat poin krusial. Pertama, kerja sama di bidang perberasan menjadi sorotan utama. Indonesia, yang kini dikenal dengan produktivitas padinya yang tinggi, menarik perhatian banyak negara, termasuk Tiongkok. Kedua negara sepakat untuk menjajaki kolaborasi dalam riset, pengembangan benih unggul, hingga industrialisasi sistem perberasan secara komprehensif.

"Indonesia sangat terbuka untuk menjalin kemitraan strategis di sektor ini. Kami memiliki ambisi untuk mengembangkan benih padi unggul yang mampu beradaptasi di lahan rawa maupun air payau. Tujuannya agar petani di wilayah pesisir tetap produktif meski kondisi airnya tidak ideal," jelas Sudaryono.
Poin kedua yang tak kalah penting adalah peningkatan perdagangan pertanian. Nilai perdagangan antara Indonesia dan Tiongkok saat ini mencapai USD 7,7 miliar, dengan surplus sebesar USD 1,7 miliar untuk Indonesia. Komoditas ekspor utama Indonesia meliputi kelapa sawit, CPO, karet alam, dan sarang burung walet.
"Tiongkok memiliki permintaan yang besar terhadap komoditas strategis, terutama CPO dan karet. Ini adalah peluang emas bagi Indonesia sebagai produsen, karena tidak semua negara mampu menanam dan memproduksi kedua komoditas tersebut. Keunggulan ini harus kita optimalkan," tegas Wamentan.
Sejalan dengan arahan Presiden Prabowo, peningkatan produktivitas dan hasil per hektare (yield) komoditas strategis pertanian menjadi prioritas utama. Dengan produksi yang terus meningkat, pasar yang lebih luas menjadi kebutuhan mendesak. Tiongkok, dengan potensi pasarnya yang sangat besar, menjadi target utama.
"Peningkatan ini tidak hanya menguntungkan negara melalui perdagangan luar negeri, tetapi juga memberikan manfaat langsung bagi petani karet, petani sawit, dan pelaku usaha sarang burung walet," imbuh Sudaryono.
Poin ketiga adalah pembahasan mengenai akses pasar ekspor produk unggulan. Indonesia meminta dukungan Tiongkok untuk membuka akses langsung ekspor durian, sarang burung walet, dan produk perunggasan.
"Indonesia adalah produsen durian dan sarang burung walet terbesar di dunia. Tiongkok adalah konsumen utama, oleh karena itu kami menginginkan akses ekspor langsung agar petani kecil di desa juga merasakan manfaatnya. Begitu juga dengan ayam dan unggas, Indonesia sudah swasembada bahkan surplus. Tiongkok adalah pasar besar yang harus kita masuki," papar Sudaryono.
Keempat, penguatan kerja sama perdagangan dan pembangunan pertanian berkelanjutan menjadi fokus utama. Sudaryono menyoroti Tiongkok sebagai contoh sukses dalam meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus mengentaskan kemiskinan pedesaan.
"Indonesia akan terus menjalin kerja sama dengan negara mana pun selama menguntungkan kepentingan nasional, khususnya untuk meningkatkan produksi, mengurangi impor, memperbesar ekspor, dan menambah devisa negara. Tujuan akhirnya adalah kesejahteraan petani," pungkas Sudaryono.
Melalui pertemuan ini, Indonesia dan Tiongkok berkomitmen untuk memperkuat kemitraan strategis, membuka peluang investasi, dan memperluas akses pasar produk pertanian, sehingga memberikan manfaat nyata bagi kedua negara dan para petani.