Agroplus – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menekankan bahwa hilirisasi produk pertanian adalah jalan pintas bagi Indonesia untuk meraih kemandirian dan dominasi global, bahkan menjadi negara adidaya. Hal ini disampaikan saat kuliah umum di Universitas Hasanuddin (UNHAS), Makassar (9/6).
Mentan Amran menjelaskan bahwa kekuatan pertanian Indonesia tidak hanya terletak pada produksi, tetapi juga pada nilai tambah melalui pengolahan, inovasi, dan pengembangan industri hilir. "Hilirisasi adalah kunci transformasi pertanian kita. Dengan komitmen kuat, Indonesia bisa menjadi negara superpower dalam 10 tahun ke depan," tegasnya.

Ia memberikan contoh nyata, kelapa yang awalnya dijual Rp1.350 per kilogram, bisa melonjak nilainya menjadi Rp145 ribu per liter jika diolah menjadi Virgin Coconut Oil (VCO). Komoditas lain seperti kakao dan mete juga berpotensi mengalami peningkatan nilai hingga 38 kali lipat. Bahkan, sawit kini telah diolah menjadi biofuel B50 sebagai pengganti solar.
Mentan Amran menekankan peran penting generasi muda, khususnya mahasiswa S2 dan S3, dalam mendukung hilirisasi melalui riset dan inovasi. Pemerintah telah menyusun strategi investasi pertanian yang terarah dan berdampak langsung pada masyarakat. "Investasi Rp371 triliun di sektor pertanian bisa menghasilkan keuntungan Rp9.000 triliun dan menciptakan 8 juta lapangan kerja. Kebijakan kita sekarang difokuskan langsung kepada petani dan masyarakat," ungkapnya.
Dalam kuliah bertema Blueprint Kementerian Pertanian dan Perkembangan Kebijakan Pertanian, Mentan Amran menyoroti krisis pangan global yang melanda 58 negara. Ia mengingatkan bahwa krisis pangan berdampak pada ekonomi, kesehatan, dan berpotensi memicu konflik sosial dan politik. "Jika kebijakan bermasalah, negara juga akan bermasalah. Sektor pertanian harus diperkuat dari hulu ke hilir," tegasnya.
Kementerian Pertanian telah mengambil langkah strategis, seperti refocusing anggaran, menyederhanakan 241 regulasi yang menghambat produksi, serta meningkatkan sarana dan infrastruktur pertanian. Hasilnya mulai terlihat, dengan produksi beras nasional Januari-Juli 2025 mencapai 21 juta ton, naik 14,49 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. USDA memperkirakan total produksi beras Indonesia tahun ini mencapai 34,6 juta ton, melampaui target 32 juta ton.
Atas keberhasilan ini, FAO menganugerahkan Agricola Medal kepada Pemerintah Indonesia pada 30 Agustus 2024. Penghargaan ini merupakan pengakuan tertinggi atas kontribusi Indonesia dalam memperkuat ketahanan pangan global.
Mentan Amran juga memberikan pesan moral dan motivasi kepada mahasiswa. "Kalau ingin jadi pemimpin, harus punya inovasi. Kalau tidak, rezekinya rata-rata air. Mau sukses, harus ditekan seperti berlian di suhu tinggi. Kalau tidak ada tekanan, cari tekanan. Cari tantangan besar," katanya.
Ia menegaskan bahwa pertanian adalah keunggulan komparatif Indonesia. "Negara kita bisa menanam sepanjang tahun, air mengalir terus. Kalau kita kuat, dunia akan kehilangan pasarnya. Kita punya 280 juta penduduk, itu potensi besar," jelasnya.
Mentan Amran mengingatkan pentingnya integritas dalam kepemimpinan. "Saya sudah menangkap pejabat korup di Kementan. Percuma pintar kalau tidak jujur. Kalau ada orang pintar tapi tidak punya karakter, itu musibah bagi negara. Karena dia akan pintar membohongi," tegasnya.
Ia menutup kuliah dengan keyakinan bahwa pertanian Indonesia, jika terus didorong melalui modernisasi dan hilirisasi, akan menjadi kekuatan utama bangsa. Dengan komitmen bersama, Indonesia bukan hanya mampu swasembada pangan, tetapi juga berdiri sebagai negara mandiri dan berdaulat di panggung global.