Agroplus – Kabar gembira datang dari sektor pertanian! Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengumumkan bahwa produksi jagung pipilan kering (JPK) dengan kadar air 14% di Indonesia telah melampaui kebutuhan konsumsi nasional. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa hingga Juli 2025, produksi JPK diperkirakan mencapai 9,45 juta ton. Angka ini melonjak 11,08% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, mengungkapkan bahwa pencapaian ini adalah wujud nyata dari arahan Presiden Prabowo Subianto untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia, tidak hanya sekadar swasembada. "Kami telah menghitung produksi versus konsumsi, dan alhamdulillah, jagung kita surplus. Kelebihan ini bisa dimanfaatkan untuk ekspor atau memperkuat Cadangan Pangan Pemerintah (CPP)," ujarnya.

Dari total proyeksi produksi 9,45 juta ton, Bapanas memperhitungkan adanya potensi kehilangan sekitar 4,62%, sehingga produksi bersih menjadi 9,01 juta ton. Sementara itu, kebutuhan konsumsi bulanan dari Januari hingga Juli diperkirakan mencapai 8,63 juta ton. Dengan demikian, surplus jagung tercatat sebesar 380 ribu ton.
Lebih lanjut, Arief menekankan pentingnya menjaga harga jagung di tingkat petani agar tidak merosot. Bapanas turut berperan aktif membantu petani jagung di Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan memfasilitasi penyerapan stok oleh peternak unggas di luar wilayah tersebut.
Realisasi mobilisasi jagung dari petani NTB ke peternak di Blitar, Jawa Timur, juga difasilitasi oleh Bapanas melalui skema business to business (B2B). Hingga 9 Juni, realisasi mencapai 1.861 ton. Langkah ini bertujuan memperkuat rantai pasok jagung nasional, memastikan daerah surplus dapat membantu memenuhi kebutuhan di daerah lain, serta menjaga keterjangkauan pangan.
Tren harga jagung pipilan kering di tingkat produsen secara nasional menunjukkan kenaikan yang menggembirakan. Data Panel Harga Pangan Bapanas mencatat, pada awal Mei, harga rata-rata berada di angka Rp 4.769 per kilogram, dan meningkat menjadi Rp 4.888 per kilogram pada 9 Juni. Kondisi ini memberikan angin segar bagi petani jagung di seluruh Indonesia.